Ud Karya Indowood: Optimalkan Energi, Perhatikan Atap Rumah

Jumat, 14 Desember 2012

Optimalkan Energi, Perhatikan Atap Rumah

Dalam arsitektur sebuah rumah, atap memiliki peran penting untuk menjaga rumah dari terpaan panas dan hujan. Dalam kaidah budaya, setiap suku memiliki bentuk atap rumah yang khas, seperti atap melengkung di rumah tradisional Tionghoa atau atap khas rumah joglo.

Menurut Sidhi Wiguna Teh, bentuk atap melengkung di tradisional Tionghoa sebenarnya tidak berpengaruh pada aliran energi. “Hal itu hanya berkenaan pada adat dan budaya,” kata pakar feng shui ini.

Pengaruh atap terhadap feng shui sebuah rumah, jelas Sidhi, lebih disebabkan bentuk dan proporsinya. Jika proporsi atap cukup dominan, maka pengaruhnya lebih besar.

Atap rumah yang paling bagus menurut kaidah feng shui adalah bentuk yang teratur dan rapi. Contohnya, bila atap rumah berbentuk limas, bentuknya tidak memiliki potongan—jika dilihat dari atas, berbentuk persegi panjang. Lebih ideal perbandingannya lebar dan panjangnya adalah 2:3. Bentuk denah rumah yang bagus, adalah persegi atau huruf “O” yang memiliki patio (ruang di dalam bangunan yang disisakan untuk kebutuhan pencahayaan dan sirkulasi udara-red) yang membuat cahaya matahari dan air hujan masuk ke dalam rumah. Sementara itu, atap rumah berbentuk lingkaran menurut feng shui tidak bagus, karena akan menyebabkan energi menjadi tidak terfokus dan terpecah.

Atap berbentuk seperti huruf “L” juga kurang ideal, karena ada missing sector, papar Sidhi. Untuk mengakalinya, atap bisa ditutup dengan talang beton keseluruhan, kemudian di atasnya dibuat atap yang tetap berbentuk persegi panjang. Konsekuensinya, luas atap lebih sempit.

“Atap juga bisa lebih mengoptimalkan komposisi energi rumah. Salah satunya dengan meninggikan atap pada lokasi ‘empat kotak bagus’—yang dihitung berdasarkan kua,” jelas Sidhi.

Sebaliknya, jika bentuk atap tidak baik dan kurang proporsional, akan memberi efek negatif terhadap penghuni rumah. “Saya pernah melihat sebuah rumah dengan atap yang ditembus pohon. Hal ini tentu membawa kesialan bagi penghuni rumah,” tutur pendiri Indonesia Feng Shui Architect ini.

Sudut kemiringan atap juga tidak boleh terlalu runcing atau terlalu landai. “Sudut kemiringan yang ideal adalah sekitar 30 derajat—sementara arsitek biasanya membuat sudut kemiringan antara 22,5 – 30 derajat,” kata Sidhi.

Sidhi melanjutkan, pemilihan bahan untuk atap, tergantung pada fungsi bangunan. Untuk rumah, sebaiknya menggunakan atap genteng tanah liat atau keramik, karena bisa meredam suara dan panas. Tren yang berkembang belakangan, atap menggunakan beton, sehingga bisa ditanami pohon atau rumput (roof garden). “Hal ini boleh saja, tetapi sebaiknya pohon tidak ditanam tepat di atas master bed room,” saran Sidhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar